Mau Rumah Tangga Awet?? Terapkan ya trik-trik berikut ini,
Perempuan adalah sumber sakinah, bukan laki-laki. Mari kita perhatikan firman Allah swt:
“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian
isteri dari species kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia
juga menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang.
Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir.” (Ar-Rûm: 21)”.
Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh atau
merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi
perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi
perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah,
tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga,
jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga
anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.
Kita bisa belajar dari fakta dan relialita. Kaum isteri yang sudah ternoda mata air sakinahnya berdampak pada anak-anak sebagai penerus ummat Rasulullah saw. Siapa yang paling berdosa? Jelas yang mengotori dan menodainya.
Kita bisa belajar dari fakta dan relialita. Kaum isteri yang sudah ternoda mata air sakinahnya berdampak pada anak-anak sebagai penerus ummat Rasulullah saw. Siapa yang paling berdosa? Jelas yang mengotori dan menodainya.
Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah baiklah kita
pelajari Hak dan Kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara
lain:
1. Suami adalah pemimpin rumah tangga
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(wanita)..”(An-Nisa’: 34)
2. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang
3. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh berpuasa sunnah.
4. Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali
uzur, dan isteri tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah saw
bersabda:
“Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan
apapun yang ada di rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh
berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami. Tidak boleh menolak jika
suaminya menginginkan dirinya walaupun ia sedang dalam kesulitan. Tidak
diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami.” (Al-Faqih, 3:277)
5. Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu
6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami
7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan mukanya
8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit
6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami
7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan mukanya
8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit
Rasulullah saw juga bersabda:
“Hak suami atas isteri adalah isteri hendaknya menyalakan lampu
untuknya, memasakkan makanan, menyambutnya di pintu rumah saat ia
datang, membawakan untuknya bejana air dan kain sapu tangan lalu mencuci
tangan dan mukanya, dan tidak menghindar saat suami menginginkan
dirinya kecuali ia sedang sakit.” (Makarim Al-Akhlaq: 215)
Rasulullah saw juga bersabda:
“(Ketahuilah) bahwa wanita tidak pernah akan dikatakan telah
menunaikan semua hak Allah atasnya kecuali jika ia telah menunaikan
kewajibannya kepada suami.” (Makarim Al-Akhlaq:215)
Hak-Hak Isteri
1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21)
2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik
“Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu.” ( Al-Nisa’ :19)
3. Mendapat nafkah dari suami
4. Mendapatkan pakaian dari suami
5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya
Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya tentang hak seorang isteri. Beliau menjawab:
“Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan
kwalitas makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kwalitas
yang ia pakai, tidak menampar wajahmu, dan tidak membentakmu” (Makarim
Al-Akhlaq:218)
Rasulullah saw juga bersabda:
“Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang
yang pergi berperang di jalan Allah.”. (Makarim Al-Akhlaq:218)
“Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang menjadi tanggung jawabnya.” (Makarim Al-Akhlaq:218)
6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut
7. Suami harus memaafkan kesalahannya
Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:
“Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah
menjadikan untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka,
hendaknya kau sadari hal itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau
muliakan dan bersikap lembut padanya, walaupun hakmu atasnya lebih wajib
baginya. Karena ia adalah keluargamu Engkau wajib menyayanginya,
memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan kesalahannya.”
Menghindari pertikaian
Rasulullah saw bersabda:
“Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak
menindas keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.”
(Makarim Al-Akhlaq:216-217)
“Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah
akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s)
yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim
Al-Akhlaq:213)
“Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan
memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan
tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak Al- Wasail
2:550)
Isteri tidak boleh memancing emosi suaminya, Rasulullah saw bersabda:
“Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di luar
batas kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal perbuatannya
sampai ia bertaubat dan meminta nafkah semampu suaminya.” (Makarim
Al-Akhlaq: 202)
Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat mendatangi
Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, aku memiliki seorang isteri yang
selalu menyambutku ketika aku datang dan mengantarku saat aku keluar
rumah. Jika ia melihatku termenung, ia sering menyapaku dengan
mengatakan: Ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan? Jika rizkimu yang
kau risaukan, ketahuilah bahwa rizkimu ada di tangan Allah. Tapi jika
yang kau risaukan adalah urusan akhirat, semoga Allah menambah rasa
risaumu.”
Setelah mendengar cerita sahabatnya Rasulullah saw bersabda:
“Sampaikan kabar gembira kepadanya tentang surga yang sedang
menunggunya! Dan katakan padanya, bahwa ia termasuk salah satu pekerja
Allah. Allah swt mencatat baginya setiap hari pahala tujuh puluh
syuhada’.” Kisah ini terdapat dalam kitab Makarimul Akhlaq: 200.
BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri
tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam
hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang
sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni
dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan.
Diantaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa
menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong
menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk
saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan,
sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ
وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ
تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ
فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena
sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan
yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling
atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya
(membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian
membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok.
Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.”
(Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan
menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan
terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini
ditunjukkan dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ
yakni “jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,”
artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita
itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat
kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana
disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap
nasehat.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi
seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara
yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan
bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala
berfirman (artinya):
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama itu nasehat.” (HR. Muslim no. 55)
Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu
kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling
menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.
DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH
1. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah,
maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah
subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar Ra’d: 28)
Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:
أَسْتَغْفِرُالله ,
dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat,
sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang
dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala,
seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain.
2. Menuntut ilmu agama
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ
كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ
السَّكِيْنَةُ
“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari
rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan
mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah
subhanahu wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).” (Muttafaqun
‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu
agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca
sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan
menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.
Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa
dijadikan tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar